Entah dari mana inspirasi cerita ini dibuat, yang jelas sesuatu yang kita yakini didunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Amel baru berumur sembilan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Heri.Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapunyang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwa Heri.
Hanya operasi dan butuh biaya yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan jiwa Heri tapi apalah daya kedua orangtua Amel tidak punya biaya untuk itu adiknya itu. Amel mendengarayahnya berbisik kepada Ibunya, "Hanya keajaiban yang bisamenyelamatkannya sekarang."
Dengan tergesa-gesa Amel pergike kamarnya dan mengambil sebuah celengan dari tempat persembunyiannyadalam sebuah lemari. Lalu dipecahkan dan dikeluarkannya semua isicelengan tersebut ke lantai dan bergegas menghitungnya dengan cermat.Diulangnya hitungan itu hingga lima kali. Nilainya harus benar-benartepat.
Dengan membawa uang tersebut,Amel secara diam-diam menyelinap keluar rumah dan langsung naik busangkot pergi ke toko obat di sudut jalan. Setibanya di toko obattersebut, ia melihat seorang apoteker paruh baya berambut sedikitmemutih sedang menelepon.
Amel menunggu dengan sabarsampai sang apoteker memberi perhatian tapi sang apoteker terlalu sibukdengan telepon tersebut untuk diganggu oleh seorang anak kecil yangberusia sembilan tahun. Amel berusaha menarik perhatian denganmenggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uangkoin dan melemparkannya ke kaca etalase. klontang !
"Apa yang kamu lakukan heh ?" tanya apoteker tersebut dengan suara marah. "Saya ini sedang berbicara dengan saudara saya."
"Tapi, saya ingin berbicarakepadamu mengenai adik saya," Amel menjawab dengan nada yang sama. "Diasakit...dan saya ingin membeli keajaiban."
"Apa katamu ?," tanya sang apoteker.
"Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya sekarang... jadi berapa harga keajaiban itu ?"
"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu." ucap apoteker.
"Dengar,saya mempunyai uang untuk membeli keajaiban itu. Katakan saja berapaharganya." Kata Amel lalu tiba-tiba keluar seorang pria berpakaian rapidari balik ruang, berhenti dan bertanya, "Keajaiban macam apa yangdibutuhkan oleh adikmu nak?"
"Saya tidak tahu," jawab Amel.Air mata mulai menetes dipipinya. "Saya hanya tahu dia sakitparah......... dan Ibu saya mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi.Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya karena biayanyasangat mahal tapi saya mempunyai uang."
"Berapa uang yang kamu punya ?" tanya pria itu lagi.
"Lima ribu lima ratus lima puluh rupiah," jawab Amel dengan bangga. "dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."
"Wah, kebetulan sekali," katapria itu sambil tersenyum. "Lima ribu lima ratus lima puluh rupiah iniharga yang tepat dan cocok untuk membeli sebuah keajaiban yang dapatmenolong adikmu". Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegangtangan Amel sambil berkata : "Bawalah saya kepada adikmu. Saya inginbertemu dengannya, juga orang tuamu."
Ternyata pria apoteker ituadalah seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukannya tanpa biayadan membutuhkan waktu yang tidak lama sebelum Heri dapat kembali kerumah dalam keadaan sehat seperti sediakala.
Kedua orang tuanya sangattakjub mendapatkan keajaiban tersebut. "Operasi itu..." bisikibunya..... "adalah keajaiban. Tak terbayangkan berapa harganya".
Amel hanya tersenyum. Dan hanyadia yang tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut... Ya...Lima Ribu dan Lima Ratus Lima Puluh Rupiah... ditambah dengan"Keyakinan" .